Ketika stasiun televisi
banyak dihiasi dengan berita mudik, lalu lintas di jalan raya semakin padat,
dan banyak orang berjubel di terminal, stasiun maupun pelabuhan, ini semua
menjadi pemandangan tahunan menjelang dan seusai lebaran. Mudik merupakan suatu
tradisi unik bagi negara kita tercinta Indonesia. Bahkan mudik menjadi ciri
khas Indonesia ketika hari raya Idul Fitri. Kita tidak akan menjumpai kebiasaan
ini di negara-negara islam lainnya. Di
sana tidak ada tradisi berbondong-bondong pulang ke kampung halaman. Bahkan
setelah shalat Idul Fitri pun tidak ditemukan kebiasan saling berkunjung ke
rumah tetangga atau kerabat. Entah mulai kapan munculnya kebiasaan mudik ini.
Alhasil banyak orang menempuk jarak ratusan bahkan ribuan kilo hanya demi bisa
berkumpul kembali dengan sanak keluarga dan kerabat. Meskipun tidak sedikit
korban jiwa maupun fisik karena kecelakaan ketika perjalanan.
Apakah semua pemudik
kembali ke rumah mereka dengan tujuan yang sama. Ataukah mereka pulang hanya sekedar
melapas rindu pada kampung halaman dan orang-orang disekitarnya. Mungkin saja
mereka berniat demikian. Bahkan bisa jadi sebagian dari mereka pulang hanya
ingin memamerkan dirinya yang sudah sukses di perantauan. Tentu hal ini jauh
dari esensi dari mudik. Sebenarnya mudik merupakan momen tepat untuk menyambung
kekeluargaan, kekerabatan dan persaudaraan. Jadi silaturahmi-lah yang harusnya
menjadi tujuan utama dari mudik.
Silaturahmi atau
silaturahim merupakan kata yang sudah familier di telinga kita. Akan tetapi
manakah yang benar antara silaturahmi dan silaturahim, hal ini layak dikaji.
Patut diketahui bahwasanya kata ini terambil dari bahasa arab, Shilah yang
berarti 'menyambung' dan Rahmi berarti 'rahim' atau 'peranakan',
sedangkan Rahim memiliki arti 'kerabat'. Dari sini kita bisa tahu bahwa
silaturahim lebih tepat karena berarti 'menyambung kekerabatan'. Sedangkan
silaturahmi memiliki arti 'menyambung rahim atau peranakan'. Akan tetapi bisa
jadi kata silaturahmi ada benarnya, karena orang yang menyambung kekerabatan
seakan akan telah menyambung peranakannya dikarenakan mereka berasal dari satu
peranakan. Kata yang terakhir inilah yang menjadi baku di Indonesia, karena
kata ini yang termuat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Buah Manis Silaturahmi
Semua tahu bahwa reuni,
halal bi halal, dan saling memaafkan adalah tradisi yang tidak bisa dilepaskan
dari liburan lebaran Idul Fitri. Karena hal itu semua merupakan salah satu dari
sekian bentuk silaturahmi. Tapi apakah
mereka tahu hasil yang bisa diambil dari silaturahmi itu. Mari kita telusuri
apa saja faedah dari silaturahmi.
a. memperpanjang umur,
sebagaimana diriwayatkan dalam hadis shahih. Mungkin sudah banyak yang tahu
jika salah satu manfaat silaturahmi memperpanjang ajal kematian. Dengan silaturahmi
kita akan mendapatkan doa dari sesama.
b. melapangkan rezeki,
dengan bersilaturahmi kita akan mendapatkan bantuan dari sesama. Teman atau
kerabat tentunya akan senang jika kita kunjungi.
c. menambah kecintaan dalam suatu keluarga dan
kekerabatan. Rasa cinta akan semakin tumbuh cepat jika selalu dipupuk dengan
silaturahmi.
d. menyambung tali kasih
Allah swt, karena Allah swt berjanji akan menyambung tali kasih-Nya dengan
orang-orang yang menyambung tali kasih dengan sesama.
e. menanam rasa kasih sayang
terhadap sesama, karena silaturahmi menjadi benih dari kasih sayang.
f. lebih cepat mendapat
balasan atau pahala, entah balasan itu bersifat materiil maupun moril.
g. mengantarkan pada
husnul khatimah.
h. terhindar dari
mushibah.
Ini adalah sebagian
hasil yang kita dapatkan dari silaturahmi. Tentunya masih banyak faedah-faedah
lain yang kita petik.
Sudah jelas kiranya jika
silaturahmi adalah salah satu kebajikan yang dianjurkan oleh Allah swt. Di
momen yang sangat tepat ini mari kita manfaatkan waktu kita untuk
bersilaturahmi dengan kerabat, tetangga, sahabat, dan sesama lainnya. Semoga
Allah swt senantiasa memberikan keberkahan dalam hidup kita dengan
bersilaturahmi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar