[Enter Post Title
Here]
Periode
Da'wah Terbuka hingga Upaya Hijrah ke Habasyah dan Thaif
A.
Makna Periode
Da'wah Terbuka bagi Perjuangan Da'wah Islam
Dakwah terbuka merupakan langkah awal Islam dalam
perkembangannya secara pesat.
Setelah tiga tahun berlalu lamanya Rasulullah berdakwah memperkenalkan Islam kepada orang
per orang dgn sembunyi-sembunyi. Dakwah rahasia ini berakhir setelah turun
perintah Allah
swt. untuk memberi peringatan kepada keluarga besar terdekat Nabi saw:
“Berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat
dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu
orang-orang yang beriman. Jika mereka mendurhakaimu, katakanlah, “Sesungguhnya
aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kalian kerjakan.” (QS asy-Syu’ara [26]: 214-216).
Sedikit demi sedikit mulai banyak yg menerimanya. Maka kemudian
Rasulullah ingin menyampaikan secara terang-terangan. Sebelum
Rasulullah berdakwah secara terang-terangan, Rasulullah menjamu makan malam
sederhana kepada kaum Bani Hasyim (keluarga besar Rasulullah). Dalam acara
tersebut Rasulullah mengajak kabilah Bani Hasyim untuk mengikuti langkah atau
ajaran Islam. Hasil yang didapatkan adalah mereka tidak menggubris ajakan
Rasulullah, bahkan meninggalkan tempat jamuan sebelum acara tersebut berakhir.
Di lain waktu,
acara jamuan tersebut diadakan kembali. Kali ini para tamu undangan mulai
mendengarkan perkataan Rasulullah. Namun, tak satupun dari mereka yang
meresponnya secara positif. Hal tersebut tidak membuat Rasulullah dan para
sahabatnya patah arah, tetapi membuat Rasulullah dan para sahabatnya semangat
dan dakwahnya semakin diperlebar. Hingga suatu ketika Rasulullah mengadakan
pidato terbuka di bukit Sofa. Pidato tersebut berisi perihal kerasulannya.
Rasulullah memanggil seluruh penduduk Makkah dan mengabarkan kepada mereka
bahwa dirinya diutus untuk mengajak mereka meninggalkan “Paganisme”
(Penyembahan terhadap berhala). Beliau menjelaskan bahwa Tuhan yang wajib
disembah hanyalah Allah. Mendengar hal tersebut masyarakat Quraisy tersentak
kaget, mereka sangat marah karena hal tersebut dan menghina tradisi nenek
moyang dan kehormatan mereka. Para pembesar Quraisy membentak dan memaki
Rasulullah dengan keras. Mereka menganggap bahwa Muhammad adalah orang gila. Bahkan
pamannya sendiri Abu Lahab pun mengancam
Rasulullah dengan keras. Seiring berjalannya waktu, dakwah secara terang-terangan
terus dilakukan.
Bersamaan dengan itu pula, perlawanan dari
kalangan pembesar Quraisy seperti Abu Sofyan, Abu Lahab, Ummayah, dan Utbah bin
Rabi’ah semakin gencar. Para penentang
tersebut mulai melancarkan aksi permusuhan kepada Rasulullah dan para sahabat.
Para pengikut yang berasal dari kalangan lemah dan tertindas sering mendapatkan
siksaan yang berat. Mereka tidak lagi memandang bahwa Muhammad adalah anggota
kabilah Bani Hasyim, hanya saja tekanan-tekanan terhadap Rasulullah tidak
mereka lakukan secara langsung, karena mereka masih menghargai Abu Thalib dan
para anggota Bani Hasyim lainnya. Setelah mendapatkan siksaan yang bertubi-tubi
dari kaum Bani Hasyim, maka kaum muslimin hijrah ke Abesinia (Ethiopia). Hijrah
kaum muslim tersebut terbagi menjadi dua gelombang. Gelombang pertama berjumlah
11 orang pria dan 4 wanita. Mereka kembali ke Makkah justru Quraisy menyiksa
kaum muslimin lagi. Ternyata sesampainya di Makkah justru Quraisy menyiksa kaum
muslimin lebih kejam dari yang sebelumnya. Oleh karena itu, maka kaum muslimin
berhijrah kembali untuk yang kedua kalinya ke abesinia dengan rombongan yang
lebih besar, yakni orang pria tanpa wanita. Mayoritas penduduk Abesinia beragam
nasrani (kristen) dan dipimpin oleh Raja Najasi Negus. Para masyarakat Abesinia
menghormati kaum muslim untuk tinggal di sana sampai setelah Nabi hijrah ke
Madinah.
B.
Faktor Pendukung Gerakan Da'wah Nabi secara Terbuka
“Maka sampaikanlah olehmu secara
terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari
orang-orang yang musyrik. Sesungguhnya Kami memelihara kamu daripada
(kejahatan) orang-orang yang memperolok-olokkan (kamu)” (QS. Al-hijr [15] :
94-95).
Ayat di atas merupakan
perintah tegas Allah swt. kepada nabi agar memulai langkahnya untuk berdakwah
secara terang-terangan.Tatkala Rasulullah saw. memperlihatkan Islam secara
terang-terangan kepada kaumnya dan menampakkan perintah Allah kepada mereka
secara terbuka, saat itu orang-orang Quraisy tidak mengutuk beliau dan tidak
memberikan reaksi, kecuali ketika suatu saat beliau menyebut-nyebut tuhan-tuhan
mereka dan menghinanya. Tatkala beliau
melakukan hal itu, seketika mereka menjadikan persoalan tersebut sebagai
persoalan yang besar mereka menentangnya.
Meningkatnya frekuensi siksaan dan upaya menghabisi Rasulullah Shallallâhu 'alaihi
wasallam merupakan faktor utama yang mendukung dakwah ini. Begitu juga dengan
masuk Islamnya sejumlah tokoh Quraisy. Hal ini menambah keberanian Nabi saw.
untuk berdakwah secara terbuka.
Di tengah suhu yang diliputi awan kezhaliman dan penindasan, tiba-tiba
muncul seberkas cahaya yang menyinari jalan, yaitu masuk islamnya Hamzah bin
Abdul Muththalib ra. Dia masuk Islam pada
penghujung tahun ke-6 dari kenabian, lebih tepatnya pada bulan Dzulhijjah.
Di tengah suhu yang sama pula, seberkas cahaya yang lebih benderang dari yang pertama kembali menyinari jalan. Itulah, keislaman 'Umar bin al-Khaththab. Dia masuk Islam pada bulan Dzulhijjah, tahun ke-6 dari kenabian, yaitu tiga hari setelah keislaman Hamzah ra. Nabi saw. memang telah berdoa untuk keislamannya sebagaimana hadits yang dikeluarkan oleh at-Turmuziy (dan dia menshahihkannya) dari Ibnu 'Umar dan hadits yang dikeluarkan oleh ath-Thabraniy dari Ibnu Mas'ud dan Anas bahwasanya Nabi saw. bersabda: "Ya Allah! muliakanlah Islam ini dengan salah seorang dari dua orang yang paling Engkau cintai: 'Umar bin al-Khaththab atau Abu Jahal bin Hisyam". Ternyata, yang paling dicintai oleh Allah adalah 'Umar ra.
Di tengah suhu yang sama pula, seberkas cahaya yang lebih benderang dari yang pertama kembali menyinari jalan. Itulah, keislaman 'Umar bin al-Khaththab. Dia masuk Islam pada bulan Dzulhijjah, tahun ke-6 dari kenabian, yaitu tiga hari setelah keislaman Hamzah ra. Nabi saw. memang telah berdoa untuk keislamannya sebagaimana hadits yang dikeluarkan oleh at-Turmuziy (dan dia menshahihkannya) dari Ibnu 'Umar dan hadits yang dikeluarkan oleh ath-Thabraniy dari Ibnu Mas'ud dan Anas bahwasanya Nabi saw. bersabda: "Ya Allah! muliakanlah Islam ini dengan salah seorang dari dua orang yang paling Engkau cintai: 'Umar bin al-Khaththab atau Abu Jahal bin Hisyam". Ternyata, yang paling dicintai oleh Allah adalah 'Umar ra.
Dari Shuhaib bin Sinan ar-Rûmiy ra. dia berkata:"ketika
'Umar masuk Islam, barulah Islam menampakkan diri dan dakwah kepadanya dilakukan
secara terang-terangan. Kami juga berani duduk-duduk secara melingkar di sekitar
Baitullah, melakukan thawaf, mengimbangi perlakuan orang yang kasar kepada kami
serta membalas sebagian yang diperbuatnya".
C. Al-'Ibrah dari Da'wah Terbuka Nabi Muhammad saw
Respon negatif dari sanak Nabi saw. secara khusus dan dari masyarakat suku
Quraisy secara umum terhadap dakwah Nabi saw. merupakan jawaban bagi
orang-orang yang beranggapan bahwa agama ini lahir dari fanatisme kebangsaan. Sudah menjadi perkara yang wajar bila
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memulai dakwah terbukanya
dengan memberi peringatan kepada kerabat dan kaumnya, karena kota Makkah dahulu
sangat dikungkung fanatisme kesukuan. Sehingga
memulai dakwah kepada kaumnya sangat membantu dalam pembelaan dan dukungan dan
perlindungan kepada beliau dan dakwahnya. Khususnya gerakan dakwah di Mekah
yang menjadi sentral agama penting. Sehingga mengislamkan Makkah memiliki
pengaruh besar dan penting bagi kabilah dan suku di sekitarnya. Hal ini tidak
berarti dakwah islam pertama kali terbatas pada Quraisy saja, karena Islam hanya
menjadikan Quraisy sebagai lahan dakwah pertama untuk langkah awal mewujudkan
ajarannya yang universal dan mendunia.
Lambatnya perkembangan jumlah orang-orang yang masuk Islam saat itu
merupakan bahwa adat istiadat dan tradisi selalu mengakar kuat di dalam
masyarakat yang berabad-abad hidup dalam gelapnya jaman Jahiliyah dan kerusakan
moral. Situasi dan kondisi seperti ini juga tidak jarang dihadapi oleh para
dai, khususnya di tengah-tengah masyarakat muslim yang di dalamnya seruan untuk
mengikuti sunnah-sunnah Rasul tengah melemah. Dalam kondisi seperti ini, para
dai akan menjimpai sisa-sisa adat dan tradisi yang masih mengakar cukup kuat
dan mempengaruhi setiap gerak langkah masyarakat tersebut di dalam berbagai
lapangan kehidupan.
Turunnya perintah khusus kepada Rasul-Nya agar berdakwah
dan menyampaikan kepada sanak kerabatnya terlebih dahulu mengisyaratkan adanya
tingkat tanggung jawab yang harus dipikul oleh setiap muslim dan para dai
khususnya. Perintah
mengingatkan keluarga disini menunjukkan tanggung jawab setiap muslim dan para
da'i secara khusus dalam pembinaan dan pendidikan keluarganya. Jangan sibuk
berdakwah sedang keluarga terbengkalai tidak terbina. Seperti kita saksikan,
Rasulullah saw. memilki tanggung jawab terhadap dirinya sendiri sebagai seorang
mukallaf. Setelah itu, beliau memiliki tanggung jawab terhadap keluarga
sebagai kepala keluarga dan terhadap seluruh manusia dalam kapasitasnya sebagai
seorang Nabi dan utusan Allah swt.
Dari sudut pandang ini, maka setiap muslim yang telah mukallaf memilki tanggung jawab yang sama dengan Nabi
saw. baik dalam kapasitas sebagai individu maupun kepala keluarga. Adapun
tingkatan yang terakhir, tanggung jawab diemban oleh para ulama dan pemimpin
terhadap orang-orang yang mereka pimpin.
Demikian
sebagian faedah dan pelajaran yang dapat dicatat, Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam bis-showaab
Auliyaur Rohman, Mishbahuddin,
Ali Fitriana Rahmat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar