PENDAHULUAN
Segala puji bagi Allah yang menciptakan langit dan bumi. Shalawat
serta salam bagi Nabi yang menjadi rahmat bagi seluruh alam. Cahaya beliaulah
makhluq yang pertama diciptakan oleh Maha Pencipta.
[1]
Beliaulah Nabi yang menjadi penutup para nabi. Beliaulah Rasul yang menjadi
pemimpin para rasul. Manusia yang memiliki akhlak sempurna. Tak satupun ada
yang menyainginya. Nabi yang diutus untuk menyempurnakan moral manusia.
قال رسول الله صلى الله عليه و سلم : إنما بعثت لأتمم مكارم الأخلاق
Rasulullah saw bersabda, “aku sungguh diutus untuk
menyempurnakan akhlaq”[2]
Islam telah tersebar ke
seluruh penjuru dunia. Hal itu tak lepas dari cara penyebaran yang sangat
cerdas dan efektif. Salah satunya dengan mensyiarkan akhlak mulya yang menjadi
ciri dari orang yang bertakwa. Bahkan jika ada seseorang yang tidak berakhlak
mulya, maka boleh dikata ia tak akan dianggap sebagai manusia. Karena ia sama
halnya dengan binatang yang memiki nyawa tapi tak bermoral dan boleh jadi ia
lebih buruk dari binatang yang tak berakal.
وإنما الأمم
الأخلاق مابقيت # فإن هم ذهبت أخلاقهم ذهبوا
“Bangsa itu akan tetap
jaya selama masih berakhlak mulia.
Jika akhlak bangsa telah sirna, maka bangsa itu akan binasa”.
Jika akhlak bangsa telah sirna, maka bangsa itu akan binasa”.
Syair Ahmad Syauqi, amir al-Syu’ara’, menginspirasi kita semua
betapa pentingnya moralitas sebagai benteng pengawal dan
penentu masa depan bangsa. Bangsa ini akan tetap ada
selama warganya masih menghiasi dirinya dengan akhlak
mulia. Tetapi, jika para
pemimpinnya sudah berlomba-lomba tidak jujur, tidak amanah, membohongi
rakyat, menyalahgunakan kekuasaan seperti: korupsi berjamaah, maka boleh jadi
bangsa ini tidak akan bertahan lama.Senada dengan syair tersebut, Buya Hamka
juga pernah bersyair berikut:
Tegak rumah karena sendi
Runtuh budi rumah binasa
Sendi bangsa adalah budi,
Runtuh budi runtuhlah bangsa.
Tegak rumah karena sendi
Runtuh budi rumah binasa
Sendi bangsa adalah budi,
Runtuh budi runtuhlah bangsa.
Perlu diketahui bahwa seluruh akhlaq terpuji yang ada dalam diri
manusia itu semua bersumber dari Nabi Muhammad saw. Sebagaimana yang ditegaskan
oleh al-Habib Ali bin Muhammad al-Habsyi
فما من خلق في
البرية محمود إلا وهو متلقى عن زين الوجود
“ Tidak ada akhlak mulya
yang ada pada diri manusia, melainkan hal itu ada dalam sosok Nabi panutan
kita”[3]
Salah satu akhlaq Nabi yang termulya adalah shidq (jujur). Karena
jujur merupakan salah satu sifat wajib bagi seorang nabi, sebagaimana kita
ketahui dalam ilmu akidah. Kita sebagai umat beliau saw tidak etis jika tidak
mengikuti dan meneladani akhlak mulya Nabi saw. Orang yang jujur mendapatkan
kedudukan yang tinggi di sisi Allah swt. Sebagaimana dalam al-Quran, Allah swt
menyandingkannya dengan para nabi dan syuhada.[4]
Jujur dan bertakwa tak akan dapat dipisah, seperti api dan kompor.[5]
Tidak semua kejujuran itu baik dalam syari’at. Karena kejujuran
terbagi menjadi jujur yang terpuji dan jujur yang tercela. Dalam makalah ini
penulis akan menguraikan pembagian tersebut. Mulai dari kejujuran terpuji yang
terdiri dari tiga macam yaitu jujur dalam niat, perbuatan dan perkataan sampai
kejujuran tercela yang dibagi menjadi dua yakni ghibah dan namimah.
Terakhir penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada DR.
Wahib Mu’thi. MA yang selalu menuntun, mengarahkan dan mengajar kami tanpa
lelah. Penulis mengharap kesedian pembaca untuk
member masukan dan kritik yang membangun
penulis agar lebih baik lagi.
MACAM-MACAM
JUJUR
I.
KEJUJURAN YANG TERPUJI
A. JUJUR DALAM
NIAT
Jujur dalam hal ini merupakan hal yang paling berat
diantara yang lain. Karena orang yang benar niatnya ia akan mendapat balasan
yang sangat besar. Rasulullah saw telah mendidik sahabat untuk lurus dalam
berniat.
Nabi Muhammad saw telah bersabda, “Siapapun yang
mengharap mati syahid dengan niat yang tulus, Allah swt akan menggolongkannya
dalam golongan syuhada meski ia meninggal di atas kasur ”[6]
B. JUJUR DALAM PERKATAAN
Sudah selayaknya seorang muslim menjaga lisannya agar tidak berbohong.
Berkata keji bukanlah sifat seorang muslim. Apalagi member kesaksian palsu. Hal
itu sangat perlu diperhatikan bagi seorang muslim.
Diriwayatkan dari Abi Bakrah bahwa Nabi Muhammad saw bersabda, “ Maukah
kalian kuberi tahu dosa besar apa yang paling buruk?. ” “ Iya mau wahai
Rasul ” jawab sahabat. Nabi saw menimpali “ mempersekutukan Allah swt, durhaka
kepada orang tua, (sedang deliu duduk bersandar) dan hindarilah perkataan
kotor.” Kata itu terus diulang nabi saw sampai kita berbisik, “ sampai kapan ia
terus mengulang ”[7]
C. JUJUR DALAM PERBUATAN
Jujur dalam perbuatan menuntut seorang muslim untuk berbuat sesuai apa
yang ada dalam hatinya. Bahkan harus sesuai dengan ucapannya juga. Seorang
muslim harus bertanya kepada dirinya apakah kebenaran ucapannya sesuai dengan
perbuatannya.
@t«ó¡uÏj9 tûüÏ%Ï»¢Á9$# `tã öNÎgÏ%ôϹ 4 ÇÑÈ
“Agar
ia menanyakan kepada orang-orang yang benar (perkataannya) tentang kebenaran
(perbuatan) mereka” (QS; al-Ahzab : 8)
Allah swt telah memaknai jujur dengan keimanan, berinfaq,
mendirikan salat, memunaikan zakat, menepati janji, dan bersabar dalam keadaan
susah maupun senang. Hal itu termaktub dalam kitab sucinya,
* }§ø©9 §É9ø9$# br& (#q9uqè? öNä3ydqã_ãr @t6Ï% É-Îô³yJø9$# É>ÌøóyJø9$#ur £`Å3»s9ur §É9ø9$# ô`tB z`tB#uä «!$$Î/ ÏQöquø9$#ur ÌÅzFy$# Ïpx6Í´¯»n=yJø9$#ur É=»tGÅ3ø9$#ur z`¿ÍhÎ;¨Z9$#ur tA#uäur tA$yJø9$# 4n?tã ¾ÏmÎm6ãm Írs 4n1öà)ø9$# 4yJ»tGuø9$#ur tûüÅ3»|¡yJø9$#ur tûøó$#ur È@Î6¡¡9$# tû,Î#ͬ!$¡¡9$#ur Îûur ÅU$s%Ìh9$# uQ$s%r&ur no4qn=¢Á9$# tA#uäur no4q2¨9$# cqèùqßJø9$#ur öNÏdÏôgyèÎ/ #sÎ) (#rßyg»tã ( tûïÎÉ9»¢Á9$#ur Îû Ïä!$yù't7ø9$# Ïä!#§Ø9$#ur tûüÏnur Ĩù't7ø9$# 3 y7Í´¯»s9'ré& tûïÏ%©!$# (#qè%y|¹ ( y7Í´¯»s9'ré&ur ãNèd tbqà)GßJø9$# ÇÊÐÐÈ
“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu
kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah,
hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta
yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin,
musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan
(memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan
orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang
sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. mereka Itulah
orang-orang yang benar (imannya); dan mereka Itulah orang-orang yang bertakwa.”
II. KEJUJURAN YANG TERCELA
A. GHIBAH (MENGGUNJING)
Rasulullah saw telah menjelaskan makna ghibah dalam
hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah. Nabi saw bersabda, “Tahukah kalian
apa itu ghibah?” “ kami tidak tahu wahai Nabi” jawab sahabat. Nabi menimpali, “membicarakan
seseorang sesuatu yang membuatnya tidak suka”. Salah satu sahabat menyahut, “
bagaimana jika yang kubicarakan sesuai kenyataan?”. Nabi menegaskan, “ meskipun
sesuai kenyataan, engkau tetap ghibah”
B. NAMIMAH (ADU DOMBA)
Jujur yang tercela yang kedua telah didefinisikan oleh
al-Ghazali dengan membongkar suatu masalah yang tidak dikehendaki untuk
dibongkar. Meskipun orang yang masalahnya dibuka tidak suka ataupun orang yang
mendengarnya.[8]
Nabi Muhammad saw telah member ancaman bagi orang yang
sering mengadu domba. Rasulullah saw bersabda, “Orang yang sering mengadu domba
tidak akan masuk surga”
PENUTUP
Ahlak merupakan hal yang harus diperhatikan
oleh seorang muslim. Agar ia memilki sifat jujur yang wajib bagi seorang Nabi
saw. Agar kit adapt mengikuti dan meneladani beliau dengan maksimal. Demikianlah makalah ini kami buat, agar supaya kita dapat lebih mengetahui
perbedaan bacaan dan menyangkut perbebdaan makna. Tentunya masih banyak
kesalahan dalam pembuatan makalah ini, untuk itu kami sebagai tim penulis akan
sangat berterima kasih jikalau ada dari pembaca yang memberikan masukan dan
saran serta motivasi pembangun agar nantinya kami bisa memperbaiki kekurangan
kami. Demikian dari penulis. Kekurangan milik kami dan kesempurnaan hanya milik
Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar